Sabtu, November 15, 2008

pindah

10 Oktober 2008, adalah saat kami (Aku, Papa, Gammas dan Aya) plus mbah Puah (yang ngejagain anak-anak) untuk pindah dari home sweet home kami yang pertama di Green Park Regency, Sidoarjo ke daerah yang benar2 baru dan belum kami kenal sebelumnya selain mpek-mpek dan tekwannya.... yaaa...Palembang...!! Kami akan pindah ke Palembang. Suatu hal yang benar-benar membuat kami harus berpikir dan bertindak ekstra cepat....mencari rumah, mencari sekolah, mencari calon2 pembeli barang2 yang kami tinggal, mendelegasikan kunci rumah yang lama sambil menunggu calon penyewa.....pfiiiuuuhhh...tidak terbayangkan.
Yaaa...sesuatu yang baru...! Baru…karena baru kali ini kami pindah karena tugas (dua kali sebelumnya karena pindah kontrak rumah ke rumah kami sendiri setelah sebelumnya pindah dari rumah orang tua ke rumah kontrakan), baru…karena pindahnya ke Palembang, keluar Jawa...(tidak pernah terbayang...!), baru…karena anak-anak harus pula mengikuti ego orangtuanya untuk menempuh kehidupan yang lebih baik (insyaAllah) dengan mengorbankan kepentingan dan kemauan mereka untuk tetap menikmati suasana damai dan menyenangkan di kota udang Sidoarjo.
Berat…??? Yaaa…berat…! Apalagi aku menyadari bahwa dengan kepindahan ini, aku tidak akan bisa lagi menikmati rujak cingur kesukaanku setiap kali aku menginginkannya (hihi…simple yaa), berat…saat aku sadar bahwa tidak bisa setiap kali aku ingin bermanja dengan orangtuaku, aku bisa langsung bersandar pada bahunya (biasanya aku rutin berkunjung setiap sabtu atau minggu ke rumah beliau), berat pula karena harus memutuskan sesuatu yang amat sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa dan mental Gammas dan Aya. Satu hal lagi yang membuatku berat tuk melangkah, yaitu keberadaan adik iparku yang tinggal di satu kota dengan kami di Sidoarjo…karena dia baru saja kehilangan orang yang paling dikasihinya…yaa….kami semua kehilangan…sedih rasanya jika harus mengingat itu semua, tapi insya Allah Liza dan kedua putra putrinya bisa terus menapaki hidup ini dengan langkah ringan dan dengan penuh tawakkal. Amin. (nanti aku ceritakan pada stories-ku yang lain).

Pukul 05.00 WIB Aku sudah bangun. Tidak seperti biasanya, yang masih berguling guling di kasur, saat itu aku langsung bangun dan segera ke dapur…(aku sedang berhalangan saat itu, jadi tidak menunaikan ibadah pagiku)…yaaa…dapurku sudah lengang, barang2 sudah tidak ada di tempatnya, kecuali kompor dan gas karena memang kutinggalkan. Lama aku menatap ruang dapurku dan tiba-tiba dadaku terasa sesak…aku baru menyadari…berat rasanya berpisah dari semua kenangan dan memories yang kita miliki sebelumnya, sampai akhirnya mbah Puah menyadarkanku dengan kehadiran dan sapaannya “siram mbak…?”. Aku berpaling dan menjawab “enggak mbah, mengko ae (nanti aja…)” .

Setelah itu satu persatu anggota keluargaku bangun, papa, Gammas dan si bungsu Aya. Disela-sela kegiatan persiapan terakhir itu, kakakku nomor dua (yang sengaja tidur di rumah kami untuk mengantarkan aku sekeluarga ke bandara) bicara “gak usah mbah…iku gak usah digowo” (gak usah mbah…itu gak usah dibawa)…ya ampuunnn…ternyata all stuff yang ada di dapurku sebagian besar ingin dibawa oleh si mbah, dengan menggunakan tas plastic hitam besar…padahal kami akan berangkat dengan menggunakan pesawat dan yang ada di dalam tas plastic itu adalah peralatan dapur yang dari plastic yang sengaja aku tinggalkan karena aku berpikir akan lebih efisien untuk membeli lagi di tempat baru daripada kami harus membawa dari tempat asal. Duh….mbah…! Akhirnya, daripada aku pusing memikirkan hal itu, kuserahkan sepenuhnya pada kakakku untuk mengatur tas-tas milik mbah yang akan dibawa (malam sebelumnya kami sudah mengatur dan menghitung berapa barang bawaan yang harus masuk di bagasi, termasuk punya si mbah, tapi ternyata paginya masih banyak tas2 mbah yang mau dibawa termasuk tas2 plastik itu….whoaaaaaa……).

Akhirnya, tepat pukul 09.00 WIB, kami keluar dari rumah…diiringi lambaian tangan para tetangga yang sudah empat tahun berinteraksi dengan kami (aku, papa, Gammas dan Aya juga mbah). Bye guys…we’ll remember you all.

Dibandara, sudah menunggu Liza dengan kedua putranya, tante Ros (yang suka latah), ada juga tante dan om Budi, Yang Guru (sebutan dari anakku untuk adik ibuku karena beliau seorang guru TK), Mbak Nar (kakak keduaku yang tidur semalam di rumah) dengan suaminya, Tono dan Galuh dengan dua krucilnya….dan beberapa keponakan…banyak yaaa….iyya..secara karena di keluargaku belum pernah ada yang merantau hingga ke luar Jawa untuk jangka waktu yang belum dapat ditentukan. O iya..keberangkatanku ini walaupun berat tapi ada hal yang menyejukkan hatiku…karena kedua orangtuaku bersedia untuk turut serta menemani saat-saat pertama kami ada di Palembang. Maturnuwun Ma..Pak….!

3 komentar:

awi mengatakan...

rep ya kalo pindahan apalagi yg jauh, semoga betah di tempat yg baru

- RiNi - mengatakan...

yuhuuu...tiap hari makan pempek... ;P

Mama GaYa (Gammas - Aya) mengatakan...

# awi
maap yaacchh..baru hr ini bs bales, habisnya oon...bingung balesinnya lwt mana...hahaha...

# rini
yup...lemak nian mpek2nya